We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

Tahta Hitam

by Dreamer

/
  • Streaming + Download

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    Purchasable with gift card

      $8 USD  or more

     

1.
Disaat tabir cahaya terbuka Terlihat sinar lembayung senja Menggenggam anak panah dewata Menghujam keras menusuk dada Anak panah kematian Sudah terbentang Anak panah kematian Telah menerjang Aku terbaring tanpa suara Menahan perih semua luka Menatap kosong bayang arjuna Angkat gendewa dengan perkasa Anak panah kematian Sudah terbentang Anak panah kematian Telah menerjang Tersenyum aku menghitung waktu Menanti ajal yang pasti datang Tengadah aku melihat awan Menunggu jiwaku dibawa terbang
2.
Khurusetra 05:50
Kami putra Gangga Sungai suci di tanah Bharata Mengalir tenang di jiwa indah bagai di alam Nirwana Kini tak ada lagi Hilang sirna ditelan prahara Cerita tentang indahnya Para dewa menuliskan cinta Aku lahir di Khurusetra Dengan hembusan nafas Dewata Tumbuh perkasa bagai Kesatria Aku pejuang Khurusetra Angkat pedang ke medan perang Siap korbankan nyawa dengan darah Saat perang besar nanti terjadi Aku akan berdiri dibarisan paling depan Memegang pedang dengan suara lantang Menunggu musuh datang menyerang Api di ujung langit Merah membara siap membakar siapa saja Teriakan para prajurit Sebagai tanda perang suci telah dimulai
3.
Tirani 05:20
Baru sehari terasa kisah itu diceritakan Oleh penyair tentang runtuhnya sebuah tirani Baru saja cerita dimulai dan diberitakan Namun kemudian penyair Hilang di Cakrawala Ini adalah Negeri Para pejuang yang berdiri tegak Menantang semua orang Merasa diri tak akan terkalahkan Oleh tajam pedang ataupun perang Hancurkan angkuhmu Kini aku datang dengan sebilah pedang Hancurkan sombongmu, hancurkan egomu Kini aku datang untuk mengalahkan Hancurkan jiwamu kini Pertapa suci yang dipilih para Dewata Untuk memimpin perang melawan tirani ini Gerbang keangkuhan telah aku hancurkan Menara kesombongan telah aku robohkan Api perang telah aku kobarkan Membakar arogansi menjadi arang
4.
Tahta Hitam 04:19
Hening malam Tenang terasa mencekam Membawa angan jiwaku melayang terbang Ku toreh luka merangkai cerita lama Tentang perang yang ada di Negeri awan Putra Dewa melawan simbol angkara Berebut tahta demi sebuah kuasa Tahta Hitam Awal kisah sengketa Sang penguasa tirani tanah Bharata Tahta Hitam kobarkan api petaka Tanpa jiwa tumpahkan darah saudara Menangis sedih Hati penjaga istana Pewaris resmi tahta Hastinapura Tergores luka perang dua saudara Tanah suci kini telah ternodai Oleh darah, benci, dan juga tragedi Rasa cinta sudah tak berarti lagi
5.
Terlahir dari rahim seorang Raksasa Engkau terpilih menjadi jagonya para Dewa Dibesarkan oleh api suci Candradimuka Engkau menjadi kuat sakti luar biasa Dengan kekuatan senjata Dewata Engkau tumbuh menjadi seorang Kesatria Melindungi diri dan Negeri ini Dari semua luka juga marabahaya Taklukan mereka Yang melawan tahta kerajaan Kalahkan semua pasukan yang datang menyerang Hancurkan semua kekuatan hitam sang lawan Menjaga istana dan tahta sang Raja Amarta Jabang Tetuka, terbang tinggi melewati awan Membunuh semua musuh dari balik seribu bayangan Jabang Tetuka, Kesatria yang tak terkalahkan Terkapar jatuh dan mati Oleh senjata sakti sang paman Engkau adalah Kesatria Keturunan dewa Berkorban jiwa Gugur di tanah Bharata
6.
Perang Suci 04:56
Terkadang aku berdiri sendiri Menatap jasad musuh di hadapanku Terbujur kaku penuh luka dan mati Demi kejayaan, kemenangan dan kekuasaan Terkadang aku berjalan sendiri Tanpa mengerti dengan menggengam pedang Terhunus di tangan Mencoba temukan alasan aku memulai Semua pertikaian, pembantaian dan peperangan Perang suci, kenapa harus terjadi Perang suci, membunuh saudara sendiri Perang suci, hanya demi sebuah ambisi Perang suci, jangan sampai terjadi lagi Perlahan aku kini mulai mengerti Mengapa semua ini harus terjadi Pengorbanan demi sang Ibu Pertiwi Untuk kejayaan, kemenangan dan kekuasaan Sering aku berlari sendiri Untuk menghindari rasa bersalah Dengan semua yang terjadi Kucoba melupakan derita dan dosaku ini Akan pertikaian, pembantaian dan peperangan
7.
Di tanah suci ini ku berdiri Menjadi saksi cerita perang Membawa bendera kemenangan Menggenggam api kecurangan Redup temaram sinar sang surya Menjadi tanda akhir sebuah cerita Tentang dosa para kesatria Membunuh, membantai Sesama manusia Terdengar lirih doa pendosa Menyayat hati ceritakan luka Menatap pilu tubuh perkasa Terbujur kaku tak bernyawa Menangis aku coba mengerti Merasakan apa yang terjadi Cerita lama penuh tragedi Tentang salah benar hidup ini
8.
Raja Dunia 04:27
Seorang Kesatria Duduk di atas Singgasana Bergelimang harta Separuh isi dunia Berhias permata Di setiap sudut istana Berkilauan indah Bagaikan bintang di Surga Dengan suara lantang Engkau bersabda Berkata bagaikan Seorang dewa Nirwana Perintahkan untuk Menyerang siapa saja Bertekuk lutut Di bawah kaki Sang Raja Dengan tombak sakti di tangan Memimpin pasukan ke medan perang Hanya ada satu kata di hati Meraih kemenangan atau mati Engkaulah Sang Raja dunia Penguasa ditanah Bharata Hanya engkaulah yang kupuja Dengan darah ataupun nyawa
9.
Getar pena di jari tangan Kucoba untuk menuliskan Cerita tentang sebuah perang Berebut tahta dan kekuasaan Kisah tentang para pejuang Mengangkat pedang ke medan perang Bertaruh nyawa demi kuasa Hadapi musuh dengan perkasa Perang, darah dan dosa Hilangkan sedih dan rasa iba Perang, darah dan dosa Merenggut nyawa para Kesatria Menang dan kalah tiada berbeda Semua terkapar tak berdaya Hancur luluh penuh luka Sesal di akhir tiada guna
10.
Anggakara 03:23
Cahaya jingga silaukan mata Para Pertapa menatap iba Genderang perang telah terdengar Di ujung timur sebagai tanda Lentik jarimu mengusap dahi Menghapus ragu di dalam dada Memberi asa di dalam hati Mengangkat pedang untuk berperang Wahai Ibu para pejuang Restui kami membela Negeri Wahai sang penguasa Alam Berilah kami kemenangan Ratusan pedang akan kulawan Ribuan panah akan ku terjang Nyawa ini aku relakan Demi sebuah kata kemenangan

about

Indonesian gothic metal act Dreamer marks their return after a long waiting of hiatus. This album was released to celebrate their 23rd year of blood-sweat and passion for the scene.

The recording process took place from early 2020 until the end of 2021. Dreamer completed a total of 10 songs tells about the battle for the throne of Hastinapura, as told in Sanskrit epic Mahabharata as the main theme.

The music composition in this album blends a vibe of Power Metal to Thrash, even Death Metal as the band featured Doni Herdaru Tona (Funeral Inception/Vox Mortis) as the growl vocals, Windy Saraswati (Geger/Take Over) as lead vocals, and Budi Gede Arya (Panic Disorder/Delirium Tremens) as bass player for the current line up.

credits

released March 25, 2022

Executive Producer: Dirman Herdaru Tona
Produced by Handayani Woke & Totok Kusdaryanto
Recorded at Silent Studio, Dua jari Studio, Tonebetter Soundlab & Woodstock Studio by Ambon Mortis & Rsharsh
(January 2020 - November 2021)
Mixed and Mastered by Rsharsh

Song Written by Handayani Woke & Totok Kusdaryanto
Lyrics by Triwibowo
Lead guitars by Rody

Artwork by Adi Dechristianize
Design & Layout by Afriyandi Wibisono
Band Photo by Muhammad Ilham Zahdi
Make-up Artsit: Aninditta Sujono

license

all rights reserved

tags

about

Dreamer Indonesia

Indonesian gothic metal since 1998. Out now the second full-length "Tahta Hitam" via Cerberus Productions and Demajors.

contact / help

Contact Dreamer

Streaming and
Download help

Report this album or account

If you like Dreamer, you may also like: